BPI, 26 Oktober 2012, bertempat di halaman Mushola Muhajirin, warga perumahan bukit permata indah mengadakan qurban dalam rangka Idul Adha tahun 1433H/2012M. Dengan suka cita dan penuh keakraban, warga menyembelih sendiri dan membagikan ke yang berhak. Semoga tahun-tahun mendatang lebih baik dan lebih banyak lagi yang berqurban.
- Tarhib Ramadhan
- Launching TPQ
- Serba-serbi BPI
- RAPAT PENGURUS PKK
- Family Gathering
- Ngaji Yuuk!!!...
- Tasyakuran
- Kerja Bakti Masal
Tarhib Ramadhan
BPI, 07 Juli 2013, bertempat di halaman depan....Lajengipun
Launching TPQ
Jeruklegi, 28 April 2013, bertempat di halaman depan....Lajengipun
Serba-serbi BPI
salah satu games (bola ta'aruf) dalam OUTBOND KIDS....Lajengipun
Rapat Pengurus PKK
Pada tanggal 26 Februari 2012, Ketua PKK....Lajengipun
Family Gathering
Inilah wajah-wajah ceria ....Lajengipun
Ngaji Yuuk!!!....
Kembali Perumahan BPI mengadakan ....Lajengipun
Tasyakuran
Jika kita bersyukur, maka nikmat Allah....Lajengipun
Kerja Bakti Masal
Sebagian besar warga BPI bersama-sama....Lajengipun
Jumat, 26 Oktober 2012
Qurban 1433H/2012M
Sabtu, 20 Oktober 2012
Senin, 03 September 2012
Silaturahmi Warga 1434H/2012M
BPI, 2/9/12, Warga Perumahan Bukit Permata Indah kembali mengadakan even yang cukup besar yakni malam silaturahmi dengan menghadirkan kyai kondang Ustad Sugiri dari jambusari. Disamping itu dalam penampilannya sang kyai juga mengikut sertakan grup qosidahnya sebagai pengiring ceramahnya. Namun sebelumnya ditampilkan kreasi anak-anak perumahan diantaranya penampilan drama dengan judul "peduli". Disamping itu juga dibagikan hadiah lomba-lomba HUT RI ke 67 baik untuk kategori anak-anak maupun dewasa. Acara dihadiri oleh segenap warga perumahan maupun warga luar perumahan sehingga menambah semarak dan meriah. Pada kesempatan tersebut juga disampaikan "terima kasihnya pihak penyelenggara kepada segenap warga perum BPI atas peran aktifnya serta sumbangan baik moril maupun materiil sehingga acara dapat terlaksana dengan baik. Semoga kedepan bertambah baik lagi", demikian sambutan dari Ketua RT
Peringatan HUT RI ke 67
BPI, 2 September 2012, Penuh antusias dan kegembiraan itulah suasana Warga Perumahan Bukit Permata Indah yang mengikuti serangkaian kegiatan dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan RI yang ke 67. Diawali dengan senam masal di pagi hari dimulai jam 06.00 yang bertempat di halaman perumahan sebagai pemanasan sebelum mengikuti kegiatan lomba. Dilanjutkan jalan santai dengan rute start dari perumahan - jl. mekarwangi - jl.kampung -jl,anggrek dan finish kembali di perumahan. Panitia menyediakan kupon dorprize yang dibagikan di tengah-tengah perjalanan, sehingga bagi peserta yang tidak mengikuti jalan santai ini tidak berhak mendapatkan dorprize. Setibanya di lokasi finish, peserta disediakan snack penggugah selera yakni cimplung dan mendoan hangat serta jajanan pasar yang cukup membuat kenyang. Acara belum berakhir sampai di situ, masih dilanjutkan dengan lomba-lomba dan pembagian dorprize, adapun hadiah lomba dibagikan saat acara silaturahmi.
bapak-bapak dengan kesungguhan mengikuti senam |
Bapak RT memberikan sambutan dan sekaligus melepas peserta jalan santai |
peserta jalan santai mulai mengawali start |
beberapa dorprize |
Jumat, 17 Agustus 2012
Tips Mudik Saat Lebaran
Mudik lebaran sudah menjadi tradisi setiap tahun. Agar mudik Anda terasa nyaman dan aman, ada baiknya Anda memperhatikan tips-tips berikut ini :
- Bagi warga yang tinggal di komplek perumahan, pastikan pengaturan petugas security/satpam komplek.
- Pastikan pintu rumah dan jendela-jendela terkunci.
- Pastikan untuk menyalakan lampu di beberapa bagian rumah, seperti ruang tamu, agar terkesan rumah tidak dalam keadaan kosong.
- Untuk mencegah adanya kebakaran, jangan lupa untuk mematikan kompor dan cabut selang gasnya, matikan peralatan elektronik yang tidak digunakan. Cabut juga steker untuk mencegah adanya arus pendek yang dapat memicu kebakaran
- Titipkan rumah ke tetangga yang tidak mudik atau pengurus RT/security dan tinggalkan nomor telepon yang dapat dihubungi dan jangan lupa beri uang tips ke security agar "lebih" mengawasi rumah Anda.
Bagi Anda yang mudik menggunakan kendaraan bermotor sendiri, berikut tipsnya:
- Periksa fisik kendaraan seperti mesin, oli, rem, lampu, tekanan roda dan lainnya
- Periksa surat-surat kendaraan
- Gunakan perlengkapan keselamatan
- Patuhi rambu-rambu lalu lintas yang ada, utamakan keselamatan
- Jika mengantuk, istirahatlah jangan dipaksakan karena membahayakan diri sendiri maupun orang lain
- Tawakallah dan berdoa
- selamat mudik, semoga selamat sampai tujuan, amin
Rabu, 15 Agustus 2012
Idul Fitri Hari Kemenangan Siapa?
OLEH LUTVI AVANDI
Ada yang aneh saat menonton aneka iklan baik yang di televisi maupun media cetak. Salah satunya adalah penyebutan Idul Fitri sebagai Hari kemenangan. Terus terang hingga saat ini saya masih belum mencerna kenapa Idul Fitri disebut hari kemenangan. Saya menemukan setidaknya ada 3 jawaban ini:
Pertama, dari kata idul fithri itu sendiri yang berarti kembali ke fitrah, yakni ‘asal kejadian’, atau ‘kesucian’, atau ‘agama yang benar’. Maka setiap orang yang merayakan idul fitri dianggap sebagai cara seseorang untuk kembali kepada ajaran yang benar, sehingga dia bisa memperoleh kemenangan.
Baik, jika memang Idul Fitri benar-benar seperti yang disebutkan diatas. Berapa orang yang benar-benar mendapatkan Idul Fitri? Berapa orang yang benar-benar telah kembali kepada agama yang benar? Kalaupun ada, saya yakin mereka justru menangis di hari raya ini.
Kedua, dari kata ‘minal ‘aidin wal faizin’ yang berarti ‘semoga kita termasuk orang-orang yang kembali memperoleh kemenangan’ . Karena menurut para ahli, kata al-faizin diambil dari kata fawz, sebagaimana tersebut dalam Al-Qur’an, yang berarti ‘keburuntungan’ atau ‘kemenangan’.
Mungkin ini sanggahannya juga sama seperti diatas. Siapa yang merasa menang hari raya ini? Menang atas apa? Nah, mari kita simak jawaban ketiga yang seperti menjawab pertanyaan siapa yang menang.
Makna lain dari kata idul fitri sebagai hari kemenangan adalah karena pada hari itu seluruh kaum muslimin dan muslimat baru saja menuntaskan kewajiban agamanya yang paling berat yaitu menahan hawa nafsu melalui ibadah Ramadhan. Karena itu, barangsiapa mampu menuntaskan ibadah Ramadhan itu selama sebulan penuh, tentu dia akhirnya keluar sebagai pemenang dalam ujian kesabarannya itu.
Ini yang sangat lucu. Bagaimana bisa disebut berat kalau saat Ramadhan syetan-syetan dibelenggu, neraka ditutup, surga dibuka, iming-iming pahala berlipat-lipat tiada tara bahkan masih ditambah dengan nuansa yang sangat mendukung untuk berpuasa. Saya mau tanya, mana yang lebih berat, puasa tiap hari di bulan Ramadhan atau puasa Senin dan Kamis saja di bulan lain saat musim kemarau?
Kalau menurut saya, hari kemenangan itu justru di awal ramadhan. Karena kita berhasil mencapai bulan penuh berkah ini. Kita berhasil menemui masa dimana syetan dibelenggu dan pahala dilipatgandakan. Ramadhanlah hari-hari penuh kemenangan dan suka cita. rejeki berlimpah dan aneka kesenangan lainnya.
Maka tidak heran betapa gembiranya rasulullah dan para sahabat tatkala bulan Ramadhan hendak datang. Bahkan sejak bulan rajab, kegembiraan itu sudah dirasakan.
Sementara 1 syawal adalah hari penuh kesedihan dan kekalahan. Hari itu syetan lepas dari belenggunya. Ibadah dihitung normal lagi. Dan semua ibadah akan terasa berat lagi. Dan kita justru bersuka cita atas itu? Dan mengatakan ini hari Kemenangan?? Jangan-jangan kita adalah syetan yang telah lepas dari penjara Ramadhan?
Coba nanti anda perhatikan bagaimana sholat orang-orang ketika 1 syawal nanti. Berapa shaf sholatnya? Atau jangan-jangan masjid di tempat kita malah libur hari itu karena pengurusnya sibuk menerima tamu di rumah. Jika demikian yang terjadi maka lengkaplah sudah kemenangan ini. Dan mungkin syetan akan bersorak sorai menyambut hari kemenangan ini.
Jadi jangan heran juga kenapa Rasulullah dan para sahabatnya justru menangis di hari-hari terakhir Ramadhan. Bukan karena menangis haru, tapi menangis karena Ramadhan akan pergi dan tak ada satupun kepastian mereka akan berjumpa lagi dengan bulan penuh ampunan itu.
Minggu, 12 Agustus 2012
Makna Kemerdekaan Sesungguhnya
Setiap memperingati hari kemerdekaan, masyarakat memiliki cara tersendiri melalui perkumpulan organisasi kepemudaan di kampung, di desa dan di kota-kota, melalui Rukun Tetangga, Rukun Warga, atau bahkan sampai pemerintahan tingkat desa dan kelurahan menggelar berbagai perlombaan. Dari lomba sepak bola antar kampung (Tarkam), lomba bola voly, lomba lari karung, tarik tambang sampai lomba-lomba yang cukup serius seperti lomba main catur, atau permainan kartu beregu.
Anak-anak tidak usah khawatir, bukan hanya dilibatkan sebagai pelengkap kegembiraan orang-orang tua, tetapi disediakan juga lomba untuk anak-anak, lomba makan kerupuk, lomba gigit uang logam, lomba jalan cepat dengan menggigit sendok yang ada kelerengnya, lomba bola kaki, bahkan juga ada lomba lari karung dan tarik tambang anak-anak.
Setiap warga tidak pernah menolak bila dimintai sumbangan untuk pembiayaan berbagai perlombaan dan membersihkan lingkungan kampung, desa dan kota dengan semarak berbagai hiasan hari ulang tahun kemerdekaan yang dikumpulkan oleh panitia yang biasanya dibentuk secara dadakan.
Bukan soal hadiah yang bakal diterima di malam resepsi hari ulang tahun kemerdekaan Negara Republik Indonesia, yang biasanya diserahkan dalam suasana meriahnya orkes dangdut, musik asli Indonesia. Akan tetapi, kebanyakan masyarakat, ibu-ibu, bapak-bapak dan anak-anak berpartisipasi dalam setiap perlombaan sebagai bentuk mensyukuri kemerdekaan atas berkat rahmat Allah, juga sebagai ungkapan bagaimana masyarakat kecil di kampung, di desa dan di kota-kota mencintai bangsanya, ”Cinta Indonesia”.
Kini enam puluh tujuh tahun Indonesia telah merdeka. Hari kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 2012 diperingati dalam suasana masyarakat muslim Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Mungkin sulit bagi kita menemukan berbagai perlombaan yang setiap tahun diperlombakan di kampung, di desa dan di kota-kota. Sulit pula bagi kita menyaksikan perlombaan panjat pohon pinang dengan berbagai hadiah yang menggiurkan.
Kita merindukan suasana riuh-rendah, tepuk sorak-sorai kemeriahan di setiap peringatan hari ulang tahun kemerdekaan Negara Republik Indonesia. Kali ini, suasana keheningan, kekhusukan bulan suci Ramadhan yang sangat spritual bagi umat Islam dalam peringatan kemerdekaan negara Indonesia, mudah-mudahan mampu memberi makna yang lebih mendalam bagaimana mencintai bangsa, ”Cinta Indonesia” yang sesungguhnya.
Masing-masing warga Indonesia mempunyai cara sendiri-sendiri bagaimana mencintai bangsanya. Bagi warga Indonesia, nasionalisme ditempatkan di dalam hati nurani masing-masing. Lantas, apakah nasionalisme serta nation state warga bangsa Indonesia di era globalisasi akan tergerus oleh akan datangnya the end of nation state, sebagaimana yang dibayangkan Kenichi Ohmae, suatu negara tanpa tapal batas, the borderless state, akan semakin banyak munculnya manusia kosmopolitan yang merasa bahwa seluruh dunia ini tanah airnya.
Kedalaman keheningan khusuk Ramadhan dalam peringatan enam puluh tujuh tahun Indonesia merdeka kali ini, kita pantas merenungi makna kemenangan menurut Muhammad Natsir bahwa, “Kemenangan perjuangan pada hakikatnya tidak semata-mata karena tempat yang diduduki cukup banyak, atau kekuasaan ada di tangan. Tetapi hakikat kemenagan ialah apabila semua itu dipergunakan untuk menolong dhu’afa –dari nasibnya yang malang. Keluh mereka dapat terbujuk, air mata disapu dari muka, tangan yang menadah mengadukan nasib kepada Tuhan disambut dengan bimbingan: bila semua ini berganti dengan wajah baru sampai si lemah terlepas dari penderitaannya, di sinilah baru kita merasakan kemengan baru kita peroleh.”
Enam puluh tujuh tahun Indonesia merdeka, setiap kita, warga bangsa Indonesia, negara dan pemerintah Republik Indonesia memiliki tanggung jawab bersama: Membangun Kebudayaan (Jati Diri) Bangsa Indonesia, Membangun Kedaulatan Bangsa Indonesia dan Membangun Kesejahteraan Bangsa Indonesia. Ini sesungguhnya makna kemerdekaan sebenarnya, sebagai kecintaan terhadap bangsa Indonesia, ”Cinta Indonesia”.
(Sumber: kompasiana.com)
Minggu, 05 Agustus 2012
Doa Penutup Majelis Menghapus Dosa Majelis
Rabu, 25 Juli 2012
Kiat Sukses Ramadhan
Segala puji hanyalah bagi Allah semata, sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah pada nabi junjungan kita : Muhammad SAW, yang senantiasa kita harap syafaatnya pada hari kiamat kelak. Begitu pula kepada para sahabat dan keluarga beliau yang mulia, serta seluruh pengikut risalahnya hingga akhir nanti.
Sabtu, 21 Juli 2012
Keutamaan Ramadhan
Segala puji bagi Allah, teriring doa dan keselamatan semoga terlimpah atas nabi dan rasul termulia: Muhammad SAW, juga atas keluarga dan para sahabat, serta kepada semua yang mengikuti mereka dalam kebenaran sampai hari kiamat nanti.
Ramadhan Kariim, Marhaban Ya Ramadhan … Bulan Ramadhan telah benar-benar datang menjelang. Kaum muslimin kembali bergembira dengan datangnya bulan yang mulia ini. Setelah sebelas bulan kita mengarungi kehidupan yang penuh warna-warni, maka inilah momentum yang tepat bagi kita semua untuk membersihkan diri dari segala dosa yang melekat tanpa kita sadari.
Kamis, 19 Juli 2012
Marhaban Ya Ramadhan
Segenap Pengurus, menyampaikan selamat menunaikan ibadah puasa, semoga amal ibadah kita diterima Allah SWT dan mendapatkan ampunan-Nya.
Assalamu 'alaikum Wr. Wb.
Kepada Yth. Segenap Warga BPI dimanapun berada
dalam hitungan jam lagi kita kan jelang Ramadhan nan suci, ijinkan kedua tangan bersimpuh maaf untuk lisan yang tak terjaga, janji yang terabaikan, hati yang selalu berprasangka dan sikap yang pernah menyakitkan.
MAAF LAHIR DAN BATHIN "selamat menunaikan ibadah puasa, semoga ramadhan kali ini adalah yang terbaik"
Wassalamu 'alaikum Wr. Wb
Rabu, 18 Juli 2012
Persiapan MENYAMBUT RAMADHAN
Ramadhan telah diambang pintu, tanpa kita rasakan waktu bergulir begitu cepat,kita telah berada dibulan Sya’ban, bulan yang menjadi bulan ibadah istimewa untuk Rasulullah selain bulan Ramadhan, Usamah bin Zaid berkata kepada Rasulullah SAW ”Ya Rasulullah saya tidak pernah melihatmu berpuasa dalam satu bulan dari bulan-bulan yang ada seperti puasamu dibulan Sya’ban? Rasul Bersabda ”itulah bulan yang manusia lalai darinya antara Rajab dan Ramadhan.
Rabu, 30 Mei 2012
Merindukan Shubuh
Posted by: Media Salimah May 22, 2012 Mutiara Hikmah
Sebagian dari kita mungkin sudah pernah membaca buku “Keajaiban Shalat Subuh” atau buku “SUBUH on FIRE” yang ditulis Nana W. el-Fariez. Sesuai dengan judul redaksinya, lewat kedua buku itulah pertama kali saya menjadi tahu tentang keutamaan shalat subuh. Bukan sekedar persoalan kewajiban menjalankan dua harakat. Namun lebih dari itu. Banyak keistimewaan-keistimewaan diwaktu subuh.
“Barang siapa yang menunaikan shalat subuh maka ia berada dalam jaminan Allah. Maka jangan coba-coba membuat Allah membuktikan janjinya. Barangsiapa yang membunuh orang yang menunaikan shalat subuh, Allah akan menuntutnya sehingga ia akan dibenamkan mukanya ke dalam neraka” (H.R. Muslim, at-Tirmidzi dan Ibnu Majah). Sebuah jaminan dari Allah bagi para pelaku shalat subuh.
Salah satu yang luar biasa lagi, diriwayatkan dari Ammarah bin Ruwainah ia berkata, “Saya mendengar Rasulullah bersabda: ‘Tidak akan masuk neraka orang yang shalat sebelum terbit matahari dan sebelum terbenam matahari.’” (H.R. Muslim). Terbebas dari api neraka. Keutamaan lainnya ialah memperoleh keberkahan, pahala dunia dan seisinya, dikabulkannya do’a dan yang paling penting shalat inilah pembeda antara orang-orang yang MUNAFIQ.
Lepas dari keutamaan-keutamaan itu. Sulit, itulah kata yang mewakili bagaimana saya dan mungkin sebagian orang yang lain melaksanakan shalat subuh. Jelas saja, waktu shubuh adalah waktu yang paling “enak” berada dipembaringan. Bisa jadi pun sebenarnya tidak merasakan “enak” tersebut. Tau-tau sudah terbangun setelah matahari telah menampakkan semua wajahnya. Bablas.
Terang saja, berbagai cara sudah dilakukan. Untuk mengantisipasi, sebelum tidur terlebih dahulu memasang alarm. Namun tetap saja terbangun setelah beberapa jam lewat “waktu alarm”. Sesekali terbangun karena alarm tersebut, tapi bukan kemudian bergegas untuk shalat melainkan mematikan alarm. Tidur jangan ditempat nyaman (kasur), akhirnya tidur di lantai beralaskan karpet saja. Tetap saja “nyenyak”, subuh lewat plus badan pegal.
Kegelisahan. Menyesal. Kadang marah. Perasaan yang muncul saat bangun tidur belakangan ini. Subuh terlewatkan begitu saja. Prasangka terhadap diri sendiri semakin kuat. Pasti ada yang salah. Sesekali merenung. Ketika kondisi ini terjadi yang teringat adalah kata-kata yang ada dibuku itu. Dikatakan bahwa kesulitan shalat subuh berjamaah bisa disebabkan oleh beberapa hal. Adanya makanan atau zat yang haram masuk ke dalam tubuh atau banyak melakukan maksiat. sebenarnya ada faktor-faktor lain lagi namun setidaknya dua faktor tersebut yang cukup menamparku.
Makanan haram? Ya Allah… apa benar ada zat ini didalam tubuhku? Sehingga darah, daging dalam tubuh ini seakan mati. tidak bisa merasakan apa-apa.
Banyak maksiat? tidak bisa menjaga hati, tidak bisa menahan pandangan, tak mampu mengendalikan bibir berbicara. Menutup mata, menarik nafas panjang. Astagfirullah… inilah mungkin penyebab utamanya. Terbangun untuk subuh tidak, merasakan nyamannya tidur pun tidak. Kotornya hati oleh dosa maksiat lagi-lagi tak mampu menggerakkan tubuh ini untuk sekedar terbangun. Alarm sekeras apapun tetap saja tidak berguna.
Benar. Benar bahwa subuh itu adalah hadiah. Semua orang bisa shalat subuh, tapi tidak semua orang bisa tepat waktu, tidak semua diberikan “kekuasaan” untuk berjamaah dimesjid. Hadiah dari Allah untuk orang-orang terpilih.
Merindukan subuh. Sangat merindukan subuh. Malu rasanya dengan tetangga, seorang bapak tua yang subuh berjamaah beliau sepertinya tidak pernah absen. Malu kalau membayangkan saat dia berangkat subuh dan lewat didepan rumah “anak muda” ini, apa yang akan beliau katakan?
Dan lebih malu lagi rasanya, “anak muda” ini dikampus mungkin dikenal sebagai seorang aktivis dakwah, aktif di Lembaga Dakwah Kampus dll. Tidak salah, label MUNAFIQ mungkin pantas tersemat. Naudzbillah…
Astagfirullah. Tak pantas memperoleh jaminan bebas dari neraka, tak ada keberkahan, terlewatkan waktu terkabulnya do’a dan dekat dengan kemunafiqan..! Suara-suara itu menyelimuti jiwa. Serasa semakin menyempitkan dada. Menyesal.
Ya Allah… aku merindukan subuh.
Fardan
Sumber : Islamedia
Minggu, 13 Mei 2012
Kerja Bakti Masal
Sebagian besar warga BPI bersama-sama melakukan kegiatan Kerja Bakti Masal. Gerakan ini sebagai kepedulian warga untuk menjaga kebersihan dan keindahan lingkungan. Tepatnya pada hari Ahad, 13 Mei 2012 dimulai pukul 07.00 sampai dengan 09.00, warga membersihkan lingkungan Perumahan. Warga mengawalinya dari halaman depan perumahan. Sasaran gerakan ini adalah sampah, rumput dan saluran drainase. Kemudian warga bergerak menyisiri jalan-jalan dan selokan di sepanjang lingkungan.
Penuh suka cita warga membersihkan lingkungannya, karena memandang lingkungan BPI adalah lingkungan kita bersama, kalau bukan kita yang menjaga dan merawatnya, siapa lagi? walaupun sudah ada tukang kebun yang selalu membersihkannya, namun sebagai wujud rasa memiliki terhadap lingkungannya, maka warga secara suka rela bergabung dalam gerakan tersebut.
Bahu membahu warga dalam kerja bakti mencerminkan rasa persaudaraan dan kebersamaan yang selama ini dibangun, semoga tetap istiqomah.
Pak Naryana : wah ini drainase perlu dilebarkan yah
Pak Agus : iya sih pak, tapi gimana yah, perlu dana besar je, kira-kira warga pada mau ga ya
Pak Naryana : ya itu konsekuensinya, kalau pengin lingkungan nyaman, perlu kita songgo bareng
Pak Agus : yo wis kita lapor pak RT baelah
Waktu jeda setelah kerja bakti, disediakan hidangan yang cukup menggugah selera di pagi hari yang dingin, mendoan anget... jan matap pisan brow
Pak Naryana : Alhamdulillah..... uenaaaakk tenan mak nyos....
Pak RT mengomandani jalannya kerja bakti agar terarah dan tertib, sehingga sasaran dapat tercapai.
Pak RT : Pak Agus.... mbok yo depan rumah sering dibersihkan to... ben apik disawang
Pak Agus : njih Pak RT, meniko nggih kulo jane sering ngreseki lho, ningen sukete cepet banget tukul, he..he.. kulo kalah cepet kalian sukete...
Ni dia hidangan inti yang ditunggu-tunggu setelah kerja bakti selesai. Ada ayam goreng sambel trasi plus lalapan, sambel telur, sop, gorengan, buah wis to pokoke mantap pisan.
Pak Timan : jleguk..jleguk....... wah kayong mengini yah, jan wis ra kanti kiyeh, tapi arep miwiti, mandan rikuh
Berkat peran Ibu-ibu PKK yang telah menyediakan ubo rampenya, sehingga terwujudlah hidangan di pagi hari setelah kerja bakti. Thanks for all
Inipun salah satu wujud kebersamaan yang tercipta dari Ibu-ibu PKK. Mereka bahu membahu memasak, walau persiapan yang mendadak, namun mereka tetap solid.
Pak Furyono : monggo dikredepi,,, mboten usah isin-isin, lah wis selak ngelih koh
Pak Gading : tela iya koh, kiyeh sing ditunggu-tunggu kit mau...
Pak Rohman : he..he... kulo mandan isin lho, tapi yo pada bae wis ngelihlah....
Khusu dan penuh penghayatan, warga menikmati hidangan di pagi hari. Subhanallah... sungguh nikmat, makan bersama diwaktu yang pas. Pas laper....
Pak RT juga ikutan, ben ra ketahuan makane banyak, piringe diumpetna... he..he....
pasang pose kaya foto model |
Senin, 16 April 2012
Orang yang Merugi
Bertempat di Mushola Perum BPI, pada hari Jum'at tanggal 13 April 2012 pukul 16.00 sampai dengan 17.30 dilangsungkan Pengajian Rutin Ibu-ibu se wilayah RW.08. Pada kesempatan kali ini Majelis Ta'lim Ibu-ibu Perum BPI diamanahi untuk menjadi tuan rumah. Dari jumlah jamaah yang hadir kurang lebih mencapai 90 orang lebih. Kegiatan pengajian tersebut diprogramkan akan dilaksanakan setiap 2 pekan sekali secara bergiliran di setiap RT se wilayah RW.08.
Bertindak selaku penceramah Bapak Heri Purwanto dengan tema 'MANUSIA YANG MERUGI'. Dijelaskan bahwa manusia yang merugi adalah manusia yang tidak mengindahkan apa yang menjadi larangan dan apa yang diperintahkan Allah SWT. Ancaman bagi orang yang lalai sangat jelas yakni neraka. Agar kita tidak termasuk orang yang merugi, senantiasa ikhtiar secara maksimal untuk melaksanakan ibadah dan meninggalkan laranganNya.
Bertindak selaku penceramah Bapak Heri Purwanto dengan tema 'MANUSIA YANG MERUGI'. Dijelaskan bahwa manusia yang merugi adalah manusia yang tidak mengindahkan apa yang menjadi larangan dan apa yang diperintahkan Allah SWT. Ancaman bagi orang yang lalai sangat jelas yakni neraka. Agar kita tidak termasuk orang yang merugi, senantiasa ikhtiar secara maksimal untuk melaksanakan ibadah dan meninggalkan laranganNya.
Jama'ah Majelis Ta'lim terdiri dari Ibu-ibu dan anak-anak
Materi :
Orang
yang Merugi
Bismillahirrohmanirrohim,
Assalamu’alaikum wr. wb.
Ibu-ibu muslimat yang dirahmati Allah subhanahu
wata’a’la.
Sungguh benar apa yang disabdakan oleh
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallamdalam
sebuah Hadits bahwa : Sabar yang sebenarnya adalah sabar
ketika saat terjadi musibah. Bila sabar itu dilakukan sebulan atau
beberapa bulan sesudah musibah terjadi, lalu sabar, itu bukan sabar yang
sesungguhnya. Sabar itu sangat berat ketika musibah itu terjadi. Kesabaran
sesudah sebulan musibah terjadi, itu mudah, semua orang bisa melakukannya.
Orang yang merugi.
Sebutan untuk orang-orang yang merugi,
dalam AlQur’an disebut sebagai : Al Khosirun atau Al Khosirin.
Bila satu orang yang merugi disebut Al Khosir.
Orang yang merugi adalah orang yang
menganiaya dirinya sendiri, lalu tidak mendapatkan ampunan dan rahmat dari Allah subhanahu
wata’ala. Demikian
itu berdasarkan Surat Al A’raaf ayat 23 :
Keduanya berkata: “Ya Tuhan
kami, kami telah kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak
mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.
Bila kita berdoa memohon kepada Allah subhanahu
wata’ala dengan
do’a-do’a dari AlQur’an, biasanya pada awal do’a diawali dengan dua macam
redaksi : “Allahumma” atau “Robbana/Robbi” .
Menurut para ‘ulama, kalimat seruan atau do’a
yang tingkatannya paling tinggi adalah yang diawali dengan kalimat “Robbi” atau
“Robbana”. Tingkatan dibawahnya adalah yang menggunakan kalimat
“Allahumma”. Maka do’a-do’a yang menggunakan kalimat “Robbana” atau
“Robbi” adalah do’a-do’a para Nabi. Misalnya Nabi Ibrahim a.s. berdoa
kepada Allah subhanahu wata’ala : “Robbi habli minashsholihin”(Tuhanku,
berikanlah kepada kami keturunan orang yang sholih). Lalu Allah kabulkan
do’anya, meskipun sudah berusia 80 tahun Nabi Ibrahim mempunyai anak bernamaIsmail, dari isterinya yang kedua yang bernama
Siti Hajar. Lalu 13 tahun kemudian lahir Ishaq dari isteri pertama yang
bernama Siti Sarah, yang ketika itu usia Nabi Ibrahim a.s. sudah 99 tahun.
Orang yang berdo’a dengan “Robbi” ,
menunjukkan orang tersebut bubungannya sangat dekat dengan Allah subhanahu
wata’ala. Artinya,
orang yang berdo’a dengan “Robbi” menunjukkan kedekatan antara hamba dengan
Allah subhanhu wata’ala.
Sedangkan bila seseorang berdo’a dengan
“Allahumma” menunjukkan bahwa orang yang berdo’a itu masih ada jarak
dengan Allah subhanahu wata’ala.
Maka wajarlah bahwa do’a-do’a Nabi dalam
AlQur’an menggunakan “Robbi” atau “Robbana”, karena orang yang paling dekat
dengan Allah subhanahu wata’ala adalah para Nabi dan Rasul-Nya.
Kembali kepada do’a tersebut diatas : Robbana
dzolamna anfusana wa illamtaghfirlana wa tarhamna lana kunanna minal khosirin (Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya
diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat
kepada kami, pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi).
Orang yang menganiaya dirinya
sendiri, kalau ia mendapatkan rahmat dan ampunan Allah subhanahu
wata’ala, maka ia akan beruntung. Tetapi bila tidak,
itulah yang disebut orang yang merugi. Yaitu orang yang tidak mendapat
ampunan dan rahmat Allah subhanahu wata’ala.
Do’a tersebut adalah do’a Nabi Adam ‘alaihissalam, seperti disebutkan dalam Surat
Al Baqarah ayat 37 ,
bahwa Nabi Adam a.s. mendapatkan bimbingan kalimat-kalimat do’a dari Allah subhanahu
wata’ala.
Surat Al Baqarah ayat 37 :
Kemudian Adam menerima beberapa
kalimat*] dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha
Penerima taubat lagi Maha Penyayang.
*] Tentang beberapa kalimat (ajaran-ajaran)
dari Tuhan yang diterima oleh Adam sebahagian ahli tafsir mengartikannya dengan
kata-kata untuk bertaubat.
Termasuk do’a yang diajarkan Allah subhanahu
wata’ala kepada Nabi
Adam a.s. yaitu : Robbana dzolamna anfusana wa
illamtaghfirlana watarhamna lana kunanna minal khosirin,
seperti tersebut diatas.
Apa bentuk penganiayaan diri yang dilakukan
nabi Adam a.s. ? Yaitu beliau dan Siti Hawa ketika dalam surga
mendekati pohon larangan. Dalam AlQur’an disebutkan bahwa Allah subhanahu
wata’ala memerintahkan
(melarang) : “Janganlah kamu berdua mendekati pohon
ini”.
Bila kita pejalari AlQur’an, ternyata bila
mengenai suatu larangan, AlQur’an menyebut-kan dengan dua cara :
1. Dengan
menyebut langsung perkara yang dilarang. Misalnya larangan menimuman keras,
judi, disebutkan secara langsung perkara yang dilarangnya itu :”Jauhilah
judi dan minuman keras itu”.
2. Dengan
kalimat : “Jangan
mendekati”. Misalnya
: “Jangan mendekati pohonitu”. Atau di ayat yang lain : “Jangan
engkau mendekati zina”. Kalimat “Janganmendekati” biasanya perkara yang dilarang itu
sangat merangsang, sehingga orang mendekati saja sudah
dilarang, tidak boleh. Artinya bila “mendekati” saja orang sudah akan
terjatuh pada larangan itu, apalagi melakukannya. Dan perkara yang dilarangnya
itu tingkat rangsangannya lebih tinggi dibandingkan larangan yang lain.
Demikianlah Nabi Adam a.s. menganiaya
dirinya sendiri, beliau melanggar larangan Allah subhanahau
wata’ala, yaitu mendekati sebuah pohon yang dilarang untuk
mendekatinya. Dan karena itu suatu pelanggaran, maka beliau terusir dari
surga, diturunkan ke bumi bersama Siti Hawa, lalu beliau berdo’a kepada Allah subhanahu
wata’ala, mohon ampunan dan rahmat dari Allah subhanahu
wata’ala.
Penganiayaan diri bukan hanya dilakukan
oleh Nabi Adam a.s. tetapi segala bentuk pelanggaran terhadap larangan Allah subhanahu
wata’ala. Siapapun
orang, akan bisa terjatuh pada larangan Allah subhanahu wata’ala, bukan saja Nabi Adam a.s.
Misalnya orang mencuri, berjudi, minum minuman keras, berzina, korupsi, dll.
Dan aniaya atau kedzoliman yang paling besar adalah Syirk (Menyekutukan Allahsubhanahu wata’ala).
Sesungguhnya syirk adalah perbuatan aniaya yang
sangat besar.
Karena setiap orang bisa berbuat aniaya
(dzolim), dan agar ia tidak termasuk orang yang merugi, maka ia senantiasa
harus memohon kepada Allah subhanahu wata’alaagar diampuni
dan dirahmati. Maka hendaknya setiap saat do’a
Nabi Adam a.s. itu
kita amalkan (lakukan) karena bisa saja setiap hari kita menganiaya diri kita
tanpa kita sadari. Hendaknya kita selalu memohon ampun dan rahmat jkepada
Allahsubhanahu wata’ala :
“Robbana dzolamna anfusana wa
illamtaghfirlana wa tarhamna lana kunanna minal khosirin”. (Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri
kami, dan jika Engkau tidak mengampuni dan memberikan rahmat kepada kami,
nsicaya kami termasuk orang-orang yang merugi).
Oleh karena itu Allah subhanahu
wata’ala lebih
mendahulukan kasih-sayang-Nya dibandingkan adzab-Nya, supaya tidak
termasuk kepada golongan orang yang merugi, karena kita pasti pernah
meng-aniaya diri kita sendiri. Masalahnya Allahsubhanahu wata’ala tidak pernah memberitahukan
kepada kita, apakah doa kita dikabulkan atau tidak. Hendaknya kita
mawas-diri dan tidak boleh berputus-asa dan tidak berprasangka buruk kepada
Allah subhanahu wata’ala. Hiduplah dengan
harapan untuk mendapatkan ampunan dan kasih-sayang Allah subhanahu
wata’ala.
Selanjutnya, orang
yang merugi ialah
orang tidak mengingat kepada Allahsubhanahu wata’ala karena dilalaikan oleh harta
dan anak-anaknya.
Dasarnya : Surat
Al Munafiqun ayat 9 :
Hai orang-orang beriman,
janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah.
Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi.
Kalau kita perhatikan ayat tersebut, maka
terdapat hal-hal yang sangat penting :
Allah subhanahu wata’ala mendahulukan kata-kata “Harta dan
anak-anak” daripada kata “melalaikan”. Maka bila kita hendak memahami
ayat tersebut, sebenarnya kalimatnya adalah : “Hai orang-orang yang beriman,
janganlah melalaikan kamu kepada Allah karena harta dan anak-anak”.
Artinya, sebenarnya yang membuat kita menjadi lupa kepada Allah subhanahu
wata’ala bukan hanya
harta dan anak-anak. Bisa juga karena yang lain.
Apa sebab Allah subhanahu
wata’ala dalam ayat
tersebut mendahulukan kata “harta” baru kemudian kata “anak-anak”?.
Karena yang bisa membuat manusia lalai kepada Allah subhanahu
wata’ala lebih banyak
karena perkara harta dibanding dengan perkara
anak. Bahkan
karena kepentingan harta, orang bisa mengalahkan kasih-sayangnya terhadap
anak-anaknya. Banyak kasus-kasus jual-beli bayi karena kepentingan harta
(karena ingin mendapatkan harta). Kasih-sayang terhadap anak bisa kalah karena
kebutuhan harta. Itulah sebabnya, Allah subhanahu wata’aladalam
ayat tersebut mendahulukan kata “harta” daripada kata “anak”. Karena yang
membuat manusia lalai mengingat Allah subhanahu wata’ala dari dua hal itu, hartalebih
banyak melalaikan dibandingkan anak.
Mengingat Allah subhanahu
wata’ala ada tiga
pengertian :
1. Ingat
Allah yang dimaksud adalah Sholat.
2. Ingat
Allah yang dimaksud adalah Dzikir,
3. Ingat
Allah yang dimaksud adalah Perintah dan larangan-Nya
Lihat Surat Al Ankabut ayat 45 :
Bacalah apa yang telah
diwahyukan kepadamu, yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat.
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar.
dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari
ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Sholat adalah seutama-utama dzikir (ingat) kepada
Allah subhanahu wata’ala. Jadi ingat kepada Allah
yang pertama adalah Sholat. Banyak
orang yang menjadi lalai, tidak ingat akan kewajiban sholat karena dihalangi
oleh harta dan anak-anak. Banyak wanita yang karena alasan hamil lalu tidak
sholat. Itulah wanita yang merugi.
Tetapi banyak juga wanita-wanita hamil
tetap menjalankan kewajiban sholatnya. Banyak wanita-wanita yang dalam masa
menyusui anaknya, tetapi tetap melakukan sholat, selalu ingat kepada Allah subhanahun
wata’ala. Itulah wanita yang beruntung.
Urusan harta juga menjadikan orang lalai
kepada Allah subhanahau wata’ala, tidak
melakukan sholat. Ada juga yang melakukan sholat, tetapi dalam sholatnya
pikrannya melayang keman-mana, tidak khusyu’. Bahkan sedang sholatpun bisa
merancang macam-macam tentang urusan harta, urusan dunia.
Ada kisah di zaman Rasulullah shollallahu
‘alaihi wasallam seorang
sahabat bernama Sa’ad. Ia hidup sangat miskin. Tetapi Sa’ad
ini bila sholat berjamaah bersama Rasulullah saw serta para sahabat yang lain
selalu di shof (barisan) kedua. Bilal belum Adzan, Sa’ad sudah berada di
masjid. Sa’ad ini sering mengeluh kepada Rasulullah saw tentang
kemiskinannya : “Ya Rasulullah, bagaimana agar saya bisa kaya ?”.
Rasulullah saw berkata : “Wahai Sa’ad,
insya Allah sewaktu-waktu nanti Allah akan mencukupkan kebutuhan hidupmu”.
Tidak lama kemudian datanglah malaikat
Jibril membawa uang dua Dirham, menyampaikan wahyu : “Wahai Muhammad, Allah
berfirman: Kami tahu kesedihanmu terhadap kemiskinan si Sa’ad. Berikanlah
uang dua Dirham ini kepadanya sebagai modal untuk ia berusaha”. Ketika
hendak sholat Dhuhur Rasulullah saw bertemu dengan Sa’ad, lalu bersabda :
“Wahai Sa’ad, bisakah kamu berdagang?”. Sa’ad menjawab : “Bisa, ya
Rasulullah, tetapi saya tidak punya modal”. Rasulullah saw : “Ini
ambillah dua Dirham
untuk modal usaha”.
Sa’ad lalu mengambil uang
dua Dirham itu
untuk modal usaha. Sedikit demi sedikit usaha dagangnya semakin maju.
Selama ini sebelum adzan berkumandang ia sudah ada di masjid, tetapi sekarang
sejak usahanya semakin maju, adzan sudah dikumandangkan, tetapi Saad belum
datang di masjid. Bahkan semakin maju usaha dagangnya ia semakin jarang
datang di masjid untuk sholat berjamaah.
Kemudian Rasulullah saw bersabda “ Wahai
Sa’ad, engkau telah dilalaikan oleh hartamu untuk mengingat Allah”. Sa’ad
menjawab : “Ya Rasulullah, saya harus bagaimana lagi, karena saya harus menjual
barang dagangan yang ada dan segera harus membeli barang lagi untuk
dijualnya. Saya tidak mungkin meninggalkan barang dagangan saya”.
Mendengar ucapan Sa’ad itu Rasulullah saw
menjadi bersedih hati. Lalu datanglah Jibril berkata kepada Rasulullah
saw : “Wahai Rasulullah, kami tahu akan kesedihanmu terhadap si Sa’ad.
Allah berfirman bertanya, keadaan Sa’ad yang bagaimana yang engkau
inginkan?”. Rasulullah saw menjawab : “Aku lebih menginginkan keadaan Sa’ad
yang dulu, ketika ia masih miskin”.
Maka Jibril menyarankan kepada Rasulullah
saw agar meminta kembali uang yang dua dirham yang pernah beliau berikan kepada
Sa’ad. Ketika bertemu dengan Sa’ad tidak lama kemudian, beliau berkata :
“Wahai Sa’ad, apakah kamu tidak mau mengembalikan uang dua Dirham yang pernah
aku berikan kepadamu dulu ?”. Sa’ad menjawab : “Ya Rasulullah,
perkenankan saya mengembalikan uang itu kepada engkau sebanyak lima-puluh
Dirham”.
Rasulullah saw menjawab :”Jangan ya Sa’ad,
berikanlah kepadaku yang dua Dirham saja”. Akhirnya uang yang
dua Dirham yang diberikan kepad Rasulullah saw.
Semenjak itu usaha dagang si Sa’ad mulai
suram dan semakin lama semakin surut, akhirnya bangkrut, ia kembali miskin
seperti semula.
Kisah tersebut memberikan pelajaran bagi
kita semua, bahwa harta bisa menyebabkan orang lalai untuk ingat kepada Allah subhanahu
wata’ala. Mengapa
Rasulullah saw hanya meminta kembali uang yang dua Dirham saja ? Padahal Sa’ad
akan memberikan limapuluh Dirham ? Karena uang yang dua Dirham itu yangdiberkahi Allah subhanahu
wata’ala.
Namun demikian ada juga orang yang miskin
tetapi kemiskinannya tidak membuat ia lupa sholat dan selalu berdzikir kepada
Allah subhanahu wata’ala, dan yang demikian itu
justru akan diberikan keuntungan yang besar oleh Allah subhanahu
wata’ala.
Ada kisah dua orang yang bersahabat dari
kalangan Bani Israil, yang seorang beriman kepada Allah subhanahu
wata’ala dan yang
seorang lagi kafir, penyembah berhala. Suatu hari kedua sahabat
karib ini pergi ke laut untuk mencari ikan. Si kafir sebelum menebarkan
jala di laut, ia menyembah berhala (tuhannya). Sesudah itu ia menebarkan
jala-nya ke laut. Tidak lama kemudian ia mendapatkan hasil
tangkapan, jalanya penuh dengan ikan. Sampai ia tidak kuat
mengangkat jala yang penuh ikan itu.
Lalu temannya yang beriman kepada Allah subhanahu
wata’ala menebarkan
jala-nya ke laut, dan tidak banyak ikan yang bisa ditangkapnya, hanya satu-dua
ekor saja. Tetapi ia tetap mengucapkan Alhamdulillahirobbil ‘alamin,
ia tetap bersyukur dan ridho atas ketetapan rezki Allah subhanahu
wata’ala pada
saat itu.
Yang menjadi masalah adalah isterinya di
rumah. Ketika sama-sama di rumahnya, isteri si kafir dandannya
lebih bagus dan indah dari pada isteri orang yang beriman. Isteri orang
yang kafir memanas-manasi hati isteri orang yang beriman : “Bilang kepada
suamimu, supaya ia menyembah sesembahan suamiku. Engkau akan memiliki kekayaan
seperti aku”.
Ketika suami yang beriman datang di
rumahnya, ia melihat sambutan isterinya lain dari biasanya. Maka suaminya
bertanya : “Wahai isteriku, ada apa dengan engkau, mengapa engkau berubah
sikap kepada aku?”. Isterinya menjawab dengan lantang :
“Wahai suamiku, mulai sekarang engkau pilih, engkau mau menyembah Tuhan temanmu,
atau engkau ceraikan aku ?”.
Suami yang beriman itu berkata : “Wahai
isteriku, takutlah engkau kepada Allah. Apakah engkau akan menjadi kafir
setelah engkau beriman ?”. Isterinya menjawab :”Sudahlah jangan banyak bicara,
pokoknya kalau engkau tidak bisa memberi kepadaku perhiasan dan pakaian
seperti isteri temanmu itu, lebih baik ceraikan aku!”.
Mendengar ancaman isterinya itu, suami yang
beriman itu takut juga. Lalu berkata : “Baiklah isteriku, mulai besok aku
akan bekerja keras dan aku akan bekerja setiap hari agar aku mendapatkan uang
dan memberikan uang itu kepadamu”. Mendengar jawaban demikian, isterinya
menjadi tenang kembali.
Esok hari suaminya mulai mencari pekerjaan,
tetapi seharian ia mencari pekerjaan tidak seorangpun yang memberi
pekerjaan. Orang itu lalu memutuskan untuk pergi ke pantai saja dan
disana ia akan beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala.
Sampai dipantai ia lalu beribadah dan terus beribadah sampai sore hari.
Menjelang malam ia pulang, sampai di rumah isterinya bertanya : “Darimana
engkau?”. Suaminya menjawab: “Aku hari ini bekerja pada
seorang raja yang sangat kaya dan raja itu mensyaratkan agar saya bekerja saja
nanti beberapa hari baru upahnya akan dibayar”. Isterinya bertanya :
“Berapa upah yang akan diberikan raja kepadamu?”.
Suaminya menjawab : “Raja itu sangat kaya
dan demawan. Kekayaannya sangat banyak, tetapi ia minta kepadaku agar aku
bekerja selama tigapuluh hari, barulah raja itu akan memberikan upah kepadaku”.
Pada hari ke-29 isterinya memberikan
ultimatum : “Kalau besok hari kamu tidak memberikan uang kepada aku, ceraikan
aku”. Mendengar ultimatum isterinya itu, orang itu pusing
juga. Karena tinggal sehari lagi harus memberikan hasil
kerjanya. Pada hari ke-30 ia bertemu dengan seorang laki-laki Yahudi Bani
Israil, Yahudi itu berkata : “Wahai saudaraku, aku lihat engkau dalam
keadaan bingung, maukah engkau bekerja padaku hari ini?”. Orang
yang beriman itu akhirnya pada hari ke-30 tidak beribadah di pantai seperti
dilakukan setiap hari, tetapi bekerja pada Yahudi yang baru saja dikenalnya
itu.
Allah subhanahu wata’ala berfirman kepada malaikat : “Hai
malaikatku, ambillah uang 29 Dinar, dan letakkan pada baki yang terbuat dari
cahaya, datanglah engkau kepada isteri laki-laki yang beriman itu,
serahkan uang 29 Dinar itu kepadanya, katakan bahwa engkau adalah utusan raja
dimana suaminya bekerja selama 29 hari dan ini adalah upahnya. Aku tidak pernah
meninggalkan dia, tetapi dia sendiri yang meninggalkan Aku dan ia bekerja
kepada seorang Yahudi. Kalau ia meneruskan bekerja kepada Aku, niscaya
Aku akan menambahkan upah lebih banyak lagi untuk laki-laki itu”.
Maka datanglah malaikat ke rumah isteri
laki-laki yang beriman itu membawa baki (nampan) berisi uang 29 Dinar. Alangkah
senangnya isteri laki-laki yang beriman itu menerima uang Dinar yang
bertuliskan “Lailaha
illallah huwahdahu lasyarikalah”. Dan setiap satu Dinar ditukar
dengan uang Dirham mendapat seribu Dirham.
Ketika tidak lama kemudian laki-laki
beriman itu pulang sampai di rumahnya, isterinya masih bertanya pula :
“Darimana engkau ?. Laki-laki (suaminya) itu menjawab : “Aku bekerja pada
seorang Yahudi, dst” (Diceritakanlah apa yang baru saja ia kerjakan dengan
Yahudi). . Isterinya berkata : “Mengapa engkau tinggalkan pengabdianmu
kepada raja itu ?”. Lalu isterinya menceritakan bahwa baru saja ada
utusan raja memberikan upah sebanyak 29 Dinar sebagai upah kerja suaminya
selama 29 hari. Laki-laki itu langsung pingsan mendengar cerita
isterinya. Setelah siuman dari pingsannya, laki-laki itu langsung
meninggalkan isterinya, pergi ke gunung untuk beribadah kepada Allah subhanahu
wata’ala sampai
akhirnya ajal menjemputnya. Ia meninggal di gunung itu.
Apa pelajaran dari kisah tersebut ?
Pertama, orang beriman pasti akan diuji oleh Allah subhanahu
wata’ala. Maka orang
sering mengeluh : “Ya Allah, kurang apa saya ini, sholat sudah, ibadah sudah
dan yang lain-lain ibadah sudah saya kerjakan semua, tetapi rezki saya hanya
segini-segini saja ya Allah ?”. Itulah salah satu bentuk ujian dari
Allah subhanahu wata’ala.
Kedua, seorang isteri merupakan hiasan hidup bagi
suami, juga merupakan ujian bagi suami. Tetapi yang terbaik menurut
AlQur’an adalah : Seorang isteri yang beriman yang bisa menopang iman suaminya.
Nabi Muhammad shollalahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa ada
tiga simpanan yang
jauh lebih berharga daripada emas dan perak :
1. Lidah
yang selalu berdzikir kepada Allah subhanahu wata’ala,
2. Hati
yang senantiasa bersyukur,
3. Isteri
beriman yang menunjang (menopang) iman suaminya.
Sementara dalam kisah tersebut, si isteri
tidak menunjang keimanan suaminya, karena ia menganjurkan suaminya menyembah
berhala, hanya karena melihat perhiasan yang dipakai oleh tetangganya.
Orang-orang seperti itulah orang yang merugi.
Pengertian mengingat
Allah subhanahu wata’ala adalah mengingat Perintah
dan Larangan-Nya. Perintah
dan larangan Allah subhanahu wata’ala sangat banyak.
Banyak orang yang karena cinta dan rakus
terhadap harta, lalu tidak ingat kepada Larangan Allah subhanahu
wata’ala. Misalnya orang yang korupsi. Orang
tidak ingat bahwa korupsi adalah dilarang Allah subhanahu
wata’ala. Ia korupsi karena sangat rakus terhadap
harta. Harta membuatnya lalai dari mengingat Larangan Allahsubhanahu wata’ala.
Terakhir, bahwa orang yang merugi adalah
orang yang tidak pandai memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Lihat Surat
Al ‘Ashr.
Mudah-mudahan kita tidak menjadi orang yang
merugi karena tidak pandai menggunakan waktu. Dan penyesalan datang kemudian.
Semoga Allah meridhoi kita semua.
Sekian bahasan untuk kali ini, sebelum
diakhiri marilah kita berdo’a untuk keluarga Ibu Pardi, yaitu cucu beliau Anisa
Ramasa Azizah yang sedang sakit demam berdarah, mudah-mudahan Allah
angkat penyakitnya, amin ya Robbal ‘alamin.
Wassalamu 'alaikum wr. wb.
Posted on April 1, 2010 by attaqwakemanggisan/Rusli Amin, MA.
Langganan:
Postingan (Atom)