Pages

 

Jumat, 17 Agustus 2012

Tips Mudik Saat Lebaran

Mudik lebaran sudah menjadi tradisi setiap tahun. Agar mudik Anda terasa nyaman dan aman, ada baiknya Anda memperhatikan tips-tips berikut ini :
  1. Bagi warga yang tinggal di komplek perumahan, pastikan pengaturan petugas security/satpam komplek.
  2. Pastikan pintu rumah dan jendela-jendela terkunci.
  3. Pastikan untuk menyalakan lampu di beberapa bagian rumah, seperti ruang tamu, agar terkesan rumah tidak dalam keadaan kosong.
  4. Untuk mencegah adanya kebakaran, jangan lupa untuk mematikan kompor dan cabut selang gasnya, matikan peralatan elektronik yang tidak digunakan. Cabut juga steker untuk mencegah adanya arus pendek yang dapat memicu kebakaran
  5. Titipkan rumah ke tetangga yang tidak mudik atau pengurus RT/security dan tinggalkan nomor telepon yang dapat dihubungi dan jangan lupa beri uang tips ke security agar "lebih" mengawasi rumah Anda. 

Bagi Anda yang mudik menggunakan kendaraan bermotor sendiri, berikut tipsnya:
  • Periksa fisik kendaraan seperti mesin, oli, rem, lampu, tekanan roda dan lainnya
  • Periksa surat-surat kendaraan 
  • Gunakan perlengkapan keselamatan
  • Patuhi rambu-rambu lalu lintas yang ada, utamakan keselamatan
  • Jika mengantuk, istirahatlah jangan dipaksakan karena membahayakan diri sendiri maupun orang lain
  • Tawakallah dan berdoa  
  • selamat mudik, semoga selamat sampai tujuan, amin
»»»»  monggo DIPIRSANI.....

Rabu, 15 Agustus 2012

Idul Fitri Hari Kemenangan Siapa?

Ada yang aneh saat menonton aneka iklan baik yang di televisi maupun media cetak. Salah satunya adalah penyebutan Idul Fitri sebagai Hari kemenangan. Terus terang hingga saat ini saya masih belum mencerna kenapa Idul Fitri disebut hari kemenangan. Saya menemukan setidaknya ada 3 jawaban ini:
Pertama, dari kata idul fithri itu sendiri yang berarti kembali ke fitrah, yakni ‘asal kejadian’, atau ‘kesucian’, atau ‘agama yang benar’. Maka setiap orang yang merayakan idul fitri dianggap sebagai cara seseorang untuk kembali kepada ajaran yang benar, sehingga dia bisa memperoleh kemenangan.
Baik, jika memang Idul Fitri benar-benar seperti yang disebutkan diatas. Berapa orang yang benar-benar mendapatkan Idul Fitri? Berapa orang yang benar-benar telah kembali kepada agama yang benar? Kalaupun ada, saya yakin mereka justru menangis di hari raya ini.
Kedua, dari kata ‘minal ‘aidin wal faizin’ yang berarti ‘semoga kita termasuk orang-orang yang kembali memperoleh kemenangan’ . Karena menurut para ahli, kata al-faizin diambil dari kata fawz, sebagaimana tersebut dalam Al-Qur’an, yang berarti ‘keburuntungan’ atau ‘kemenangan’.
Mungkin ini sanggahannya juga sama seperti diatas. Siapa yang merasa menang hari raya ini? Menang atas apa? Nah, mari kita simak jawaban ketiga yang seperti menjawab pertanyaan siapa yang menang.
Makna lain dari kata idul fitri sebagai hari kemenangan adalah karena pada hari itu seluruh kaum muslimin dan muslimat baru saja menuntaskan kewajiban agamanya yang paling berat yaitu menahan hawa nafsu melalui ibadah Ramadhan. Karena itu, barangsiapa mampu menuntaskan ibadah Ramadhan itu selama sebulan penuh, tentu dia akhirnya keluar sebagai pemenang dalam ujian kesabarannya itu.
Ini yang sangat lucu. Bagaimana bisa disebut berat kalau saat Ramadhan syetan-syetan dibelenggu, neraka ditutup, surga dibuka, iming-iming pahala berlipat-lipat tiada tara bahkan masih ditambah dengan nuansa yang sangat mendukung untuk berpuasa. Saya mau tanya, mana yang lebih berat, puasa tiap hari di bulan Ramadhan atau puasa Senin dan Kamis saja di bulan lain saat musim kemarau?
Kalau menurut saya, hari kemenangan itu justru di awal ramadhan. Karena kita berhasil mencapai bulan penuh berkah ini. Kita berhasil menemui masa dimana syetan dibelenggu dan pahala dilipatgandakan. Ramadhanlah hari-hari penuh kemenangan dan suka cita. rejeki berlimpah dan aneka kesenangan lainnya.
Maka tidak heran betapa gembiranya rasulullah dan para sahabat tatkala bulan Ramadhan hendak datang. Bahkan sejak bulan rajab, kegembiraan itu sudah dirasakan.
Hari kemenangan Syetan
Sementara 1 syawal adalah hari penuh kesedihan dan kekalahan. Hari itu syetan lepas dari belenggunya. Ibadah dihitung normal lagi. Dan semua ibadah akan terasa berat lagi. Dan kita justru bersuka cita atas itu? Dan mengatakan ini hari Kemenangan?? Jangan-jangan kita adalah syetan yang telah lepas dari penjara Ramadhan?

Coba nanti anda perhatikan bagaimana sholat orang-orang ketika 1 syawal nanti. Berapa shaf sholatnya? Atau jangan-jangan masjid di tempat kita malah libur hari itu karena pengurusnya sibuk menerima tamu di rumah. Jika demikian yang terjadi maka lengkaplah sudah kemenangan ini. Dan mungkin syetan akan bersorak sorai menyambut hari kemenangan ini.
Jadi jangan heran juga kenapa Rasulullah dan para sahabatnya justru menangis di hari-hari terakhir Ramadhan. Bukan karena menangis haru, tapi menangis karena Ramadhan akan pergi dan tak ada satupun kepastian mereka akan berjumpa lagi dengan bulan penuh ampunan itu.
»»»»  monggo DIPIRSANI.....

Minggu, 12 Agustus 2012

Makna Kemerdekaan Sesungguhnya

Setiap memperingati hari kemerdekaan, masyarakat memiliki cara tersendiri melalui perkumpulan organisasi kepemudaan di kampung, di desa dan di kota-kota, melalui Rukun Tetangga, Rukun Warga, atau bahkan sampai pemerintahan tingkat desa dan kelurahan menggelar berbagai perlombaan. Dari lomba sepak bola antar kampung (Tarkam), lomba bola voly, lomba lari karung, tarik tambang sampai lomba-lomba yang cukup serius seperti lomba main catur, atau permainan kartu beregu.
Anak-anak tidak usah khawatir, bukan hanya dilibatkan sebagai pelengkap kegembiraan orang-orang tua, tetapi disediakan juga lomba untuk anak-anak, lomba makan kerupuk, lomba gigit uang logam, lomba jalan cepat dengan menggigit sendok yang ada kelerengnya, lomba bola kaki, bahkan juga ada lomba lari karung dan tarik tambang anak-anak.
Setiap warga tidak pernah menolak bila dimintai sumbangan untuk pembiayaan berbagai perlombaan dan membersihkan lingkungan kampung, desa dan kota dengan semarak berbagai hiasan hari ulang tahun kemerdekaan yang dikumpulkan oleh panitia yang biasanya dibentuk secara dadakan.
Bukan soal hadiah yang bakal diterima di malam resepsi hari ulang tahun kemerdekaan Negara Republik Indonesia, yang biasanya diserahkan dalam suasana meriahnya orkes dangdut, musik asli Indonesia. Akan tetapi, kebanyakan masyarakat, ibu-ibu, bapak-bapak dan anak-anak berpartisipasi dalam setiap perlombaan sebagai bentuk mensyukuri kemerdekaan atas berkat rahmat Allah, juga sebagai ungkapan bagaimana masyarakat kecil di kampung, di desa dan di kota-kota mencintai bangsanya, ”Cinta Indonesia”. 

Kini enam puluh tujuh tahun Indonesia telah merdeka. Hari kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 2012 diperingati dalam suasana masyarakat muslim Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Mungkin sulit bagi kita menemukan berbagai perlombaan yang setiap tahun diperlombakan di kampung, di desa dan di kota-kota. Sulit pula bagi kita menyaksikan perlombaan panjat pohon pinang dengan berbagai hadiah yang menggiurkan.

Kita merindukan suasana riuh-rendah, tepuk sorak-sorai kemeriahan di setiap peringatan hari ulang tahun kemerdekaan Negara Republik Indonesia. Kali ini, suasana keheningan, kekhusukan bulan suci Ramadhan yang sangat spritual bagi umat Islam dalam peringatan kemerdekaan negara Indonesia, mudah-mudahan mampu memberi makna yang lebih mendalam bagaimana mencintai bangsa, ”Cinta Indonesia” yang sesungguhnya.

Masing-masing warga Indonesia mempunyai cara sendiri-sendiri bagaimana mencintai bangsanya. Bagi warga Indonesia, nasionalisme ditempatkan di dalam hati nurani masing-masing. Lantas, apakah nasionalisme serta nation state warga bangsa Indonesia di era globalisasi akan tergerus oleh akan datangnya the end of nation state, sebagaimana yang dibayangkan Kenichi Ohmae, suatu negara tanpa tapal batas, the borderless state, akan semakin banyak munculnya manusia kosmopolitan yang merasa bahwa seluruh dunia ini tanah airnya.

Kedalaman keheningan khusuk Ramadhan dalam peringatan enam puluh tujuh tahun Indonesia merdeka kali ini, kita pantas merenungi makna kemenangan menurut Muhammad Natsir bahwa, “Kemenangan perjuangan pada hakikatnya tidak semata-mata karena tempat yang diduduki cukup banyak, atau kekuasaan ada di tangan. Tetapi hakikat kemenagan ialah apabila semua itu dipergunakan untuk menolong dhu’afa –dari nasibnya yang malang. Keluh mereka dapat terbujuk, air mata disapu dari muka, tangan yang menadah mengadukan nasib kepada Tuhan disambut dengan bimbingan: bila semua ini berganti dengan wajah baru sampai si lemah terlepas dari penderitaannya, di sinilah baru kita merasakan kemengan baru kita peroleh.” 

Enam puluh tujuh tahun Indonesia merdeka, setiap kita, warga bangsa Indonesia, negara dan pemerintah Republik Indonesia memiliki tanggung jawab bersama: Membangun Kebudayaan (Jati Diri) Bangsa Indonesia, Membangun Kedaulatan Bangsa Indonesia dan Membangun Kesejahteraan Bangsa Indonesia. Ini sesungguhnya makna kemerdekaan sebenarnya, sebagai kecintaan terhadap bangsa Indonesia, ”Cinta Indonesia”. 
(Sumber: kompasiana.com)
»»»»  monggo DIPIRSANI.....

Minggu, 05 Agustus 2012

Doa Penutup Majelis Menghapus Dosa Majelis

Salah satu ciri utama orang bertaqwa ialah semangatnya untuk memohon ampun kepada Allah. Ia sangat menyadari jika dirinya sebagaimana manusia lainnya tidak luput dari dosa dan kesalahan. Maka Muttaqin senantiasa mencari jalan untuk selalu diampuni segenap dosanya oleh Allah. Bila ia tahu ada suatu amal-perbuatan yang dapat menghapus dosanya maka dengan segera ia akan kerjakan bila ia sanggup.
»»»»  monggo DIPIRSANI.....