Pages

 

Senin, 16 April 2012

Orang yang Merugi


Bertempat di Mushola Perum BPI, pada hari Jum'at tanggal 13 April 2012 pukul 16.00 sampai dengan 17.30 dilangsungkan Pengajian Rutin Ibu-ibu se wilayah RW.08. Pada kesempatan kali ini Majelis Ta'lim Ibu-ibu Perum BPI diamanahi untuk menjadi tuan rumah. Dari jumlah jamaah yang hadir kurang lebih mencapai 90 orang lebih. Kegiatan pengajian tersebut diprogramkan akan dilaksanakan setiap 2 pekan sekali secara bergiliran di setiap RT se wilayah RW.08. 
Bertindak selaku penceramah Bapak Heri Purwanto dengan tema 'MANUSIA YANG MERUGI'. Dijelaskan bahwa manusia yang merugi adalah manusia yang tidak mengindahkan apa yang menjadi larangan dan apa yang diperintahkan Allah SWT. Ancaman bagi orang yang lalai sangat jelas yakni neraka. Agar kita tidak termasuk orang yang merugi, senantiasa ikhtiar secara maksimal untuk melaksanakan ibadah dan meninggalkan laranganNya.

acara diawali dengan pembukaan dan pembacaan ayat suci Al-Qur'an 

Jama'ah Majelis Ta'lim terdiri dari Ibu-ibu dan anak-anak
Materi : 

Orang yang Merugi


Bismillahirrohmanirrohim,
Assalamu’alaikum wr. wb.
Ibu-ibu muslimat yang dirahmati Allah subhanahu wata’a’la.
Sungguh benar apa yang disabdakan oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallamdalam sebuah Hadits bahwa : Sabar yang sebenarnya adalah sabar ketika saat terjadi musibah. Bila sabar itu dilakukan sebulan atau beberapa bulan sesudah musibah terjadi,  lalu sabar, itu bukan sabar yang sesungguhnya. Sabar itu sangat berat ketika musibah itu terjadi. Kesabaran sesudah sebulan musibah terjadi, itu mudah, semua orang bisa melakukannya.
Orang yang merugi.
Sebutan untuk orang-orang yang merugi, dalam AlQur’an disebut sebagai : Al Khosirun atau Al Khosirin.  Bila satu orang yang merugi disebut Al Khosir.
Orang yang merugi adalah orang yang menganiaya dirinya sendiri, lalu tidak mendapatkan ampunan dan rahmat dari Allah subhanahu wata’ala. Demikian itu berdasarkan Surat Al A’raaf ayat 23 :
Keduanya berkata: “Ya Tuhan kami, kami telah kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.
Bila kita berdoa memohon kepada Allah subhanahu wata’ala dengan do’a-do’a dari AlQur’an,  biasanya pada awal do’a diawali dengan dua macam redaksi : “Allahumma” atau “Robbana/Robbi” .
Menurut para ‘ulama, kalimat seruan atau do’a yang tingkatannya paling tinggi adalah yang diawali dengan kalimat “Robbi” atau “Robbana”. Tingkatan dibawahnya adalah yang menggunakan kalimat “Allahumma”.   Maka do’a-do’a yang menggunakan kalimat “Robbana” atau “Robbi” adalah do’a-do’a para Nabi.  Misalnya Nabi Ibrahim a.s. berdoa kepada Allah subhanahu wata’ala : “Robbi habli minashsholihin”(Tuhanku, berikanlah kepada kami keturunan orang yang sholih). Lalu Allah kabulkan do’anya, meskipun sudah berusia 80 tahun Nabi Ibrahim mempunyai anak bernamaIsmail, dari isterinya yang kedua yang bernama Siti Hajar.  Lalu 13 tahun kemudian lahir Ishaq dari isteri pertama yang bernama Siti Sarah, yang ketika itu usia Nabi Ibrahim a.s. sudah 99 tahun.
Orang yang berdo’a dengan “Robbi” , menunjukkan orang tersebut bubungannya sangat dekat dengan Allah subhanahu wata’ala. Artinya, orang yang berdo’a dengan “Robbi” menunjukkan kedekatan antara hamba dengan Allah subhanhu wata’ala.
Sedangkan bila seseorang berdo’a dengan “Allahumma”  menunjukkan bahwa orang yang berdo’a itu masih ada jarak dengan Allah subhanahu wata’ala.
Maka wajarlah bahwa do’a-do’a Nabi dalam AlQur’an menggunakan “Robbi” atau “Robbana”, karena orang yang paling dekat dengan Allah subhanahu wata’ala adalah para Nabi dan Rasul-Nya.
Kembali kepada do’a tersebut diatas : Robbana dzolamna anfusana wa illamtaghfirlana wa tarhamna lana kunanna minal khosirin (Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi).
Orang yang menganiaya dirinya sendiri,  kalau ia mendapatkan rahmat dan ampunan Allah subhanahu wata’ala, maka ia akan beruntung.  Tetapi bila tidak,  itulah yang disebut orang yang merugi. Yaitu orang yang tidak mendapat ampunan dan rahmat Allah subhanahu wata’ala.
Do’a tersebut adalah do’a Nabi Adam ‘alaihissalam, seperti disebutkan dalam Surat Al Baqarah ayat 37 , bahwa Nabi Adam a.s. mendapatkan bimbingan kalimat-kalimat do’a dari Allah subhanahu wata’ala.
Surat Al Baqarah ayat 37 :
Kemudian Adam menerima beberapa kalimat*] dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.
*] Tentang beberapa kalimat (ajaran-ajaran) dari Tuhan yang diterima oleh Adam sebahagian ahli tafsir mengartikannya dengan kata-kata untuk bertaubat.
Termasuk do’a yang diajarkan Allah subhanahu wata’ala kepada Nabi Adam a.s. yaitu : Robbana dzolamna anfusana wa illamtaghfirlana watarhamna lana kunanna minal khosirin,  seperti tersebut diatas.
Apa bentuk penganiayaan diri yang dilakukan nabi Adam a.s. ?   Yaitu beliau dan Siti Hawa ketika dalam surga mendekati pohon larangan.  Dalam AlQur’an disebutkan bahwa Allah subhanahu wata’ala memerintahkan (melarang) : “Janganlah kamu berdua mendekati pohon ini”.
Bila kita pejalari AlQur’an, ternyata bila mengenai suatu larangan, AlQur’an menyebut-kan dengan dua cara :
1.     Dengan menyebut langsung perkara yang dilarang. Misalnya larangan menimuman keras, judi, disebutkan secara langsung perkara yang dilarangnya itu :”Jauhilah judi dan minuman keras itu”.
2.     Dengan kalimat : “Jangan mendekati”. Misalnya : “Jangan mendekati pohonitu”. Atau di ayat yang lain : “Jangan engkau mendekati zina”. Kalimat “Janganmendekati” biasanya perkara yang dilarang itu sangat merangsang, sehingga orang mendekati saja sudah dilarang, tidak boleh.  Artinya bila “mendekati” saja orang sudah akan terjatuh pada larangan itu, apalagi melakukannya. Dan perkara yang dilarangnya itu tingkat rangsangannya lebih tinggi dibandingkan larangan yang lain.
Demikianlah Nabi Adam a.s. menganiaya dirinya sendiri,  beliau melanggar larangan Allah subhanahau wata’ala,  yaitu mendekati sebuah pohon yang dilarang untuk mendekatinya.  Dan karena itu suatu pelanggaran, maka beliau terusir dari surga, diturunkan ke bumi bersama Siti Hawa, lalu beliau berdo’a kepada Allah subhanahu wata’ala, mohon ampunan dan rahmat dari Allah subhanahu wata’ala.
Penganiayaan diri bukan hanya dilakukan oleh Nabi Adam a.s. tetapi segala bentuk pelanggaran terhadap larangan Allah subhanahu wata’ala. Siapapun orang, akan bisa terjatuh pada larangan Allah subhanahu wata’ala, bukan saja Nabi Adam a.s.  Misalnya orang mencuri, berjudi, minum minuman keras, berzina, korupsi, dll. Dan aniaya atau kedzoliman yang paling besar adalah Syirk (Menyekutukan Allahsubhanahu wata’ala).
Sesungguhnya syirk adalah perbuatan aniaya yang sangat besar.
Karena setiap orang bisa berbuat aniaya (dzolim), dan agar ia tidak termasuk orang yang merugi, maka ia senantiasa harus memohon kepada Allah subhanahu wata’alaagar diampuni dan dirahmati.   Maka hendaknya setiap saat do’a Nabi Adam a.s. itu kita amalkan (lakukan) karena bisa saja setiap hari kita menganiaya diri kita tanpa kita sadari.  Hendaknya kita selalu memohon ampun dan rahmat jkepada Allahsubhanahu wata’ala :
“Robbana dzolamna anfusana wa illamtaghfirlana wa tarhamna lana kunanna minal khosirin”. (Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami, dan jika Engkau tidak mengampuni dan memberikan rahmat kepada kami, nsicaya kami termasuk orang-orang yang merugi).

Oleh karena itu Allah subhanahu wata’ala lebih mendahulukan kasih-sayang-Nya dibandingkan adzab-Nya,  supaya tidak termasuk kepada golongan orang yang merugi, karena kita pasti pernah meng-aniaya diri kita sendiri.   Masalahnya Allahsubhanahu wata’ala tidak pernah memberitahukan kepada kita, apakah doa kita dikabulkan atau tidak.  Hendaknya kita mawas-diri dan tidak boleh berputus-asa dan tidak berprasangka buruk kepada Allah subhanahu wata’ala.  Hiduplah dengan harapan untuk mendapatkan ampunan dan kasih-sayang Allah subhanahu wata’ala.
Selanjutnya, orang yang merugi ialah orang tidak mengingat kepada Allahsubhanahu wata’ala karena dilalaikan oleh harta dan anak-anaknya.
Dasarnya : Surat Al Munafiqun ayat 9 :
Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi.
Kalau kita perhatikan ayat tersebut, maka terdapat hal-hal yang sangat penting :
Allah subhanahu wata’ala mendahulukan kata-kata “Harta dan anak-anak” daripada kata “melalaikan”.  Maka bila kita hendak memahami ayat tersebut, sebenarnya kalimatnya adalah : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah melalaikan kamu kepada Allah karena harta dan anak-anak”.  Artinya, sebenarnya yang membuat kita menjadi lupa kepada Allah subhanahu wata’ala bukan hanya harta dan anak-anak.  Bisa juga karena yang lain.
Apa sebab Allah subhanahu wata’ala dalam ayat tersebut mendahulukan kata “harta”  baru kemudian kata “anak-anak”?.  Karena yang bisa membuat manusia lalai kepada Allah subhanahu wata’ala lebih banyak karena perkara harta dibanding dengan  perkara anak. Bahkan karena kepentingan harta, orang bisa mengalahkan kasih-sayangnya terhadap anak-anaknya. Banyak kasus-kasus jual-beli bayi karena kepentingan harta (karena ingin mendapatkan harta). Kasih-sayang terhadap anak bisa kalah karena kebutuhan harta.  Itulah sebabnya, Allah subhanahu wata’aladalam ayat tersebut mendahulukan kata “harta” daripada kata “anak”.  Karena yang membuat manusia lalai mengingat Allah subhanahu wata’ala dari dua hal itu,  hartalebih banyak melalaikan dibandingkan anak.
Mengingat Allah subhanahu wata’ala ada tiga pengertian :
1.     Ingat Allah yang dimaksud adalah Sholat.
2.     Ingat Allah yang dimaksud adalah Dzikir,
3.     Ingat Allah yang dimaksud adalah Perintah dan larangan-Nya
Lihat Surat Al Ankabut ayat 45 :
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Sholat adalah seutama-utama dzikir (ingat) kepada Allah subhanahu wata’ala. Jadi ingat kepada Allah yang pertama adalah Sholat.  Banyak orang yang menjadi lalai, tidak ingat akan kewajiban sholat karena dihalangi oleh harta dan anak-anak. Banyak wanita yang karena alasan hamil lalu tidak sholat. Itulah wanita yang merugi.
Tetapi banyak juga wanita-wanita hamil tetap menjalankan kewajiban sholatnya. Banyak wanita-wanita yang dalam masa menyusui anaknya, tetapi tetap melakukan sholat, selalu ingat kepada Allah subhanahun wata’ala.   Itulah wanita yang beruntung.
Urusan harta juga menjadikan orang lalai kepada Allah subhanahau wata’ala, tidak melakukan sholat.  Ada juga yang melakukan sholat, tetapi dalam sholatnya pikrannya melayang keman-mana, tidak khusyu’. Bahkan sedang sholatpun bisa merancang macam-macam tentang urusan harta, urusan dunia.
Ada kisah di zaman Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam seorang sahabat bernama Sa’ad. Ia hidup sangat miskin. Tetapi Sa’ad ini bila sholat berjamaah bersama Rasulullah saw serta para sahabat yang lain selalu di shof (barisan) kedua. Bilal belum Adzan,  Sa’ad sudah berada di masjid.   Sa’ad ini sering mengeluh kepada Rasulullah saw tentang kemiskinannya : “Ya Rasulullah, bagaimana agar saya bisa kaya ?”.
Rasulullah saw berkata : “Wahai Sa’ad, insya Allah sewaktu-waktu nanti Allah akan mencukupkan kebutuhan hidupmu”.
Tidak lama kemudian datanglah malaikat Jibril membawa uang dua Dirham, menyampaikan wahyu : “Wahai Muhammad, Allah berfirman: Kami tahu kesedihanmu terhadap kemiskinan si Sa’ad.  Berikanlah uang dua Dirham ini kepadanya sebagai modal untuk ia berusaha”.  Ketika hendak sholat Dhuhur Rasulullah saw bertemu dengan Sa’ad, lalu bersabda : “Wahai Sa’ad, bisakah kamu berdagang?”.  Sa’ad menjawab : “Bisa, ya Rasulullah, tetapi saya tidak punya modal”.  Rasulullah saw : “Ini ambillah dua Dirham
untuk modal usaha”.
Sa’ad lalu mengambil uang dua Dirham itu untuk modal usaha.  Sedikit demi sedikit usaha dagangnya semakin maju. Selama ini sebelum adzan berkumandang ia sudah ada di masjid, tetapi sekarang sejak usahanya semakin maju, adzan sudah dikumandangkan, tetapi Saad belum datang di masjid.  Bahkan semakin maju usaha dagangnya ia semakin jarang datang di masjid untuk sholat berjamaah.
Kemudian Rasulullah saw bersabda “ Wahai Sa’ad, engkau telah dilalaikan oleh hartamu untuk mengingat Allah”.  Sa’ad menjawab : “Ya Rasulullah, saya harus bagaimana lagi, karena saya harus menjual barang dagangan yang ada dan segera harus membeli barang lagi untuk dijualnya.  Saya tidak mungkin meninggalkan barang dagangan saya”.
Mendengar ucapan Sa’ad itu Rasulullah saw menjadi bersedih hati.  Lalu datanglah Jibril berkata kepada Rasulullah saw : “Wahai Rasulullah, kami tahu akan kesedihanmu terhadap si Sa’ad.  Allah berfirman bertanya, keadaan Sa’ad yang bagaimana yang engkau inginkan?”.  Rasulullah saw menjawab : “Aku lebih menginginkan keadaan Sa’ad yang dulu, ketika ia masih miskin”.
Maka Jibril menyarankan kepada Rasulullah saw agar meminta kembali uang yang dua dirham yang pernah beliau berikan kepada Sa’ad.  Ketika bertemu dengan Sa’ad tidak lama kemudian, beliau berkata : “Wahai Sa’ad, apakah kamu tidak mau mengembalikan uang dua Dirham yang pernah aku berikan kepadamu dulu ?”.  Sa’ad menjawab : “Ya Rasulullah, perkenankan saya mengembalikan uang itu kepada engkau sebanyak lima-puluh Dirham”.
Rasulullah saw menjawab :”Jangan ya Sa’ad, berikanlah kepadaku yang dua Dirham saja”.    Akhirnya uang yang dua Dirham yang diberikan kepad Rasulullah saw.
Semenjak itu usaha dagang si Sa’ad mulai suram dan semakin lama semakin surut, akhirnya bangkrut, ia kembali miskin seperti semula.
Kisah tersebut memberikan pelajaran bagi kita semua, bahwa harta bisa menyebabkan orang lalai untuk ingat kepada Allah subhanahu wata’ala. Mengapa Rasulullah saw hanya meminta kembali uang yang dua Dirham saja ? Padahal Sa’ad akan memberikan limapuluh Dirham ?  Karena uang yang dua Dirham itu yangdiberkahi Allah subhanahu wata’ala.
Namun demikian ada juga orang yang miskin tetapi kemiskinannya tidak membuat ia lupa sholat dan selalu berdzikir kepada Allah subhanahu wata’ala, dan yang demikian itu justru akan diberikan keuntungan yang besar oleh Allah subhanahu wata’ala.
Ada kisah dua orang yang bersahabat dari kalangan Bani Israil,  yang seorang beriman kepada Allah subhanahu wata’ala dan yang seorang lagi kafir, penyembah berhala.   Suatu hari kedua sahabat karib ini pergi ke laut untuk mencari ikan.  Si kafir sebelum menebarkan jala di laut, ia menyembah berhala (tuhannya). Sesudah itu ia menebarkan jala-nya ke laut.  Tidak lama kemudian ia mendapatkan hasil tangkapan,  jalanya penuh dengan ikan.  Sampai ia tidak kuat mengangkat jala yang penuh ikan itu.
Lalu temannya yang beriman kepada Allah subhanahu wata’ala menebarkan jala-nya ke laut, dan tidak banyak ikan yang bisa ditangkapnya, hanya satu-dua ekor saja.  Tetapi ia tetap mengucapkan Alhamdulillahirobbil ‘alamin, ia tetap bersyukur dan ridho atas ketetapan rezki Allah subhanahu wata’ala pada saat itu.
Yang menjadi masalah adalah isterinya di rumah.  Ketika sama-sama  di rumahnya, isteri si kafir dandannya lebih bagus dan indah dari pada isteri orang yang beriman.  Isteri orang yang kafir memanas-manasi hati  isteri orang yang beriman : “Bilang kepada suamimu, supaya ia menyembah sesembahan suamiku. Engkau akan memiliki kekayaan seperti aku”.
Ketika suami yang beriman datang di rumahnya, ia melihat sambutan isterinya lain dari biasanya.  Maka suaminya bertanya : “Wahai isteriku, ada apa dengan engkau, mengapa engkau berubah sikap  kepada aku?”.    Isterinya menjawab dengan lantang : “Wahai suamiku, mulai sekarang engkau pilih, engkau mau menyembah Tuhan temanmu, atau engkau ceraikan aku ?”.
Suami yang beriman itu berkata : “Wahai isteriku, takutlah engkau kepada Allah. Apakah engkau akan menjadi kafir setelah engkau beriman ?”. Isterinya menjawab :”Sudahlah jangan banyak bicara, pokoknya kalau engkau tidak bisa memberi kepadaku perhiasan dan pakaian  seperti isteri temanmu itu, lebih baik ceraikan aku!”.
Mendengar ancaman isterinya itu, suami yang beriman itu takut juga.  Lalu berkata : “Baiklah isteriku, mulai besok aku akan bekerja keras dan aku akan bekerja setiap hari agar aku mendapatkan uang dan memberikan uang itu kepadamu”.  Mendengar jawaban demikian, isterinya menjadi tenang kembali.
Esok hari suaminya mulai mencari pekerjaan, tetapi seharian ia mencari pekerjaan tidak seorangpun yang memberi pekerjaan.  Orang itu lalu memutuskan untuk pergi ke pantai saja dan disana ia akan beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala.   Sampai dipantai ia lalu beribadah dan terus beribadah sampai sore hari.  Menjelang malam ia pulang, sampai di rumah isterinya bertanya : “Darimana engkau?”.    Suaminya menjawab: “Aku hari ini bekerja pada seorang raja yang sangat kaya dan raja itu mensyaratkan agar saya bekerja saja nanti beberapa hari baru upahnya akan dibayar”.  Isterinya bertanya : “Berapa upah yang akan diberikan raja kepadamu?”.
Suaminya menjawab : “Raja itu sangat kaya dan demawan. Kekayaannya sangat banyak, tetapi ia minta kepadaku agar aku bekerja selama tigapuluh hari, barulah raja itu akan memberikan upah kepadaku”.
Pada hari ke-29 isterinya memberikan ultimatum : “Kalau besok hari kamu tidak memberikan uang kepada aku, ceraikan aku”.  Mendengar ultimatum isterinya itu, orang itu pusing juga.   Karena tinggal sehari lagi harus memberikan hasil kerjanya.  Pada hari ke-30 ia bertemu dengan seorang laki-laki Yahudi Bani Israil,  Yahudi itu berkata : “Wahai saudaraku, aku lihat engkau dalam keadaan bingung,  maukah engkau bekerja padaku hari ini?”.  Orang yang beriman itu akhirnya pada hari ke-30 tidak beribadah di pantai seperti dilakukan setiap hari, tetapi bekerja pada Yahudi yang baru saja dikenalnya itu.
Allah subhanahu wata’ala berfirman kepada malaikat : “Hai malaikatku, ambillah uang 29 Dinar, dan letakkan pada baki yang terbuat dari cahaya,  datanglah engkau kepada isteri laki-laki yang beriman itu, serahkan uang 29 Dinar itu kepadanya, katakan bahwa engkau adalah utusan raja dimana suaminya bekerja selama 29 hari dan ini adalah upahnya. Aku tidak pernah meninggalkan dia, tetapi dia sendiri yang meninggalkan Aku dan ia bekerja kepada seorang Yahudi.  Kalau ia meneruskan bekerja kepada Aku, niscaya Aku akan menambahkan upah lebih banyak lagi untuk laki-laki itu”.
Maka datanglah malaikat ke rumah isteri laki-laki yang beriman itu membawa baki (nampan) berisi uang 29 Dinar. Alangkah senangnya isteri laki-laki yang beriman itu menerima uang Dinar yang bertuliskan “Lailaha illallah huwahdahu lasyarikalah”. Dan setiap satu Dinar ditukar dengan uang Dirham mendapat seribu Dirham.
Ketika tidak lama kemudian laki-laki beriman itu pulang sampai di rumahnya, isterinya masih bertanya pula : “Darimana engkau ?.  Laki-laki (suaminya) itu menjawab : “Aku bekerja pada seorang Yahudi, dst” (Diceritakanlah apa yang baru saja ia kerjakan dengan Yahudi). .  Isterinya berkata : “Mengapa engkau tinggalkan pengabdianmu kepada raja itu ?”. Lalu isterinya  menceritakan bahwa baru saja ada utusan raja memberikan upah sebanyak 29 Dinar sebagai upah kerja suaminya selama 29 hari.  Laki-laki itu langsung pingsan mendengar cerita isterinya.  Setelah siuman dari pingsannya, laki-laki itu langsung meninggalkan isterinya, pergi ke gunung untuk beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala sampai akhirnya ajal menjemputnya. Ia meninggal di gunung itu.
Apa pelajaran dari kisah tersebut ?
Pertama, orang beriman pasti akan diuji oleh Allah subhanahu wata’ala. Maka orang sering mengeluh : “Ya Allah, kurang apa saya ini, sholat sudah, ibadah sudah dan yang lain-lain ibadah sudah saya kerjakan semua, tetapi rezki saya hanya segini-segini saja ya Allah ?”.   Itulah salah satu bentuk ujian dari Allah subhanahu wata’ala.
Kedua, seorang isteri merupakan hiasan hidup bagi suami, juga merupakan ujian bagi suami.  Tetapi yang terbaik menurut AlQur’an adalah : Seorang isteri yang beriman yang bisa menopang iman suaminya. Nabi Muhammad shollalahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa ada tiga simpanan yang jauh lebih berharga daripada emas dan perak :
1.     Lidah yang selalu berdzikir kepada Allah subhanahu wata’ala,
2.     Hati yang senantiasa bersyukur,
3.     Isteri beriman yang menunjang (menopang) iman suaminya.
Sementara dalam kisah tersebut, si isteri tidak menunjang keimanan suaminya, karena ia menganjurkan suaminya menyembah berhala, hanya karena melihat perhiasan yang dipakai oleh tetangganya. Orang-orang seperti itulah orang yang merugi.
Pengertian mengingat Allah subhanahu wata’ala adalah mengingat Perintah dan Larangan-Nya. Perintah dan larangan Allah subhanahu wata’ala sangat banyak.
Banyak orang yang karena cinta dan rakus terhadap harta, lalu tidak ingat kepada Larangan Allah subhanahu wata’ala.   Misalnya orang yang korupsi.  Orang tidak ingat bahwa korupsi adalah dilarang Allah subhanahu wata’ala.   Ia korupsi karena sangat rakus terhadap harta.  Harta membuatnya lalai dari mengingat Larangan Allahsubhanahu wata’ala.
Terakhir, bahwa orang yang merugi adalah orang yang tidak pandai memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Lihat Surat Al ‘Ashr.
Mudah-mudahan kita tidak menjadi orang yang merugi karena tidak pandai menggunakan waktu. Dan penyesalan datang kemudian. Semoga Allah meridhoi kita semua.
Sekian bahasan untuk kali ini, sebelum diakhiri marilah kita berdo’a untuk keluarga Ibu Pardi, yaitu cucu beliau Anisa Ramasa Azizah  yang sedang sakit demam berdarah, mudah-mudahan Allah angkat penyakitnya, amin ya Robbal ‘alamin.
Wassalamu 'alaikum wr. wb.
Posted on  by attaqwakemanggisan/Rusli Amin, MA.




»»»»  monggo DIPIRSANI.....

Rabu, 11 April 2012

TIPS AMAN MENINGGALKAN RUMAH

Meninggalkan rumah dalam keadaan kosong kadang membuat waswas, "Duh, kemalingan enggak ya nanti?" Rasa was-was jelas mengurangi kenyamanan.
Angka tindak kejahatan pencurian rumah kosong cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Ironisnya, tak jarang rumah yang dibobol pencuri sebenarnya terletak di kompleks yang dijaga satpam (satuan pengamanan) yang ngepos di gerbang masuk perumahan.
Sindikat maling spesialisasi rumah kosong memang bukan kelompok sembarangan. Sebelum melakukan aksinya, mereka sudah melakukan observasi yang intensif terhadap calon sasaran. Jangan heran kalau geng jahat ini banyak diberitakan berhasil membobol rumah kosong dengan sukses.
Tak tertutup kemungkinan juga, pelaku pencurian memiliki informan yang memberi tahu bahwa ada rumah kosong yang "layak" disatroni. "Informan itu bisa saja seorang pembantu, tukang, atau para pedagang, pemulung atau yang sering lewat didaerah tersebut. Jadi ada kerja sama dengan orang dalam. Maka berhati-hatilah jangan terlalu percaya pada orang lain," katanya.


BERI TAHU PIHAK TERTENTU

Sebelum meninggalkan rumah dalam kondisi kosong, ada baiknya beritahukan pihak-pihak sebagai berikut:
1. Tetangga terdekat
Beritahukan rencana kepergian kepada tetangga terdekat, di sebelah kiri-kanan maupun yang di depan rumah. Setidaknya mereka akan ikut mengawasi kalau-kalau terjadi sesuatu yang tak diinginkan. Kalau perlu, titipkan nomor telepon yang bisa dihubungi sehingga memudahkan mereka mengontak jika ada sesuatu yang penting.
2. Satpam perumahan
Sampaikan rencana mudik kepada satpam yang berjaga di perumahan. Minta mereka untuk lebih sering berkeliling kompleks memantau keamanan rumah terutama yang ditinggal pergi penghuni.


TRIK PENCURI MENGENDUS RUMAH KOSONG

Selain mendapatkan informasi dari "orang dalam" dan informan lainnya, sebenarnya ada berbagai cara yang dilakukan pencuri untuk mengetahui apakah rumah itu kosong atau sedang berpenghuni di antaranya:
1. Mengecek melalui telepon
Telepon yang terus berdering tak diangkat menandakan rumah dalam kondisi kosong. Sebagai langkah antisipasi, gunakan alat perekam telepon masuk. "Setel saja suara bahwa kita sedang keluar sebentar. Mohon titip pesan. Kalau ada telepon masuk yang mencurigakan nanti bisa dilacak."
2. Lampu di halaman dinyalakan nonstop atau sebaliknya gelap sama sekali
Biasanya kalau bepergian dalam waktu lama, lampu di luar rumah atau di halaman dinyalakan. Penerangan yang terus-menerus berlangsung seharian tentunya merupakan pertanda penghuninya tidak ada. Begitu juga sebaliknya. Rumah tanpa nyala lampu menandakan rumah itu kosong. Sebagai langkah antisipasi, gunakan lampu otomatis yang hanya menyala jika kondisi lingkungan sekitar sudah gelap. Sayangnya, lampu model ini pun memiliki kelemahan. Kalau siang hari cuaca mendung maka akan menyala juga.
3. Halaman kotor
Halaman rumah yang tampak kotor, dipenuhi dedaunan yang rontok, bisa menandakan bahwa rumah dalam kondisi kosong. Hal ini sulit diatasi. Oleh karena itu, selain memberi tahu tetangga dan satpam perumahan, kalau memungkinkan minta seseorang yang dapat dipercaya untuk menjaga rumah. Jadi rumah praktis tidak kosong.
4. Surat kabar bertumpuk
Pencuri juga bisa mengetahui kondisi rumah kosong dari bertumpuknya koran di halaman karena tak pernah diambil penghuninya. Sebagai langkah antisipasi, untuk sementara waktu hentikan berlangganan koran.


PERKETAT SISTEM KEAMANAN 
Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk memperketat atau melipatgandakan sistem pengamanan di rumah, yakni:
1. Kunci
Pastikan kondisi pintu maupun pagar dalam kondisi terkunci. Kalau masih belum yakin dan khawatir masih bisa dijebol, cobalah ganti kunci pintu dan menambahkannya dengan gembok, gerendel atau bahkan teralis besi.
2. Alarm
Kalau perlu pasang alarm untuk mendeteksi atau memberitahu ada orang asing yang masuk ke rumah tanpa izin.
3. Hidden camera
Seiring perkembangan teknologi, sistem keamanan rumah pun semakin canggih. Ada yang disebut CCTV (close circuit television) atau lebih dikenal sebagai hidden camera yang bisa memantau kondisi sekitar rumah.
4. Safety box atau safety deposit
Untuk menyimpan aset-aset berharga, seperti surat-surat penting, perhiasan dan sebagainya gunakan safety box. Masalahnya, kadang ada saja maling yang berhasil membobol brankas ini. Untuk lebih amannya, sebaiknya simpan aset-aset penting ini di safety deposit di bank.
5. Pegadaian
Untuk barang-barang tertentu, seperti sepeda motor atau barang elektronik bisa saja "dititipkan" di pegadaian. Kalau toh terjadi pencurian setidaknya isi rumah tidak digondol atau dikuras habis karena barang sudah ditempatkan tersebar di beberapa tempat, seperti pegadaian.
6. Asuransi rumah
Asuransikan rumah untuk menjaga hal-hal yang tak diinginkan.
7. Jasa pengamanan
Gunakan pelayanan jasa pengamanan. Orang yang ditugaskan untuk menempati rumah ini sudah terlatih menangani keamanan dan penyelamatan.



PERLU KEWASPADAAN BERSAMA

Yang namanya ancaman atau risiko pencurian tidak dapat dihilangkan. Yang bisa dilakukan adalah meminimalisasi risiko tersebut. Jadi perlu juga komitmen bersama untuk selalu berkoordinasi terutama antara warga dan petugas keamanan untuk melaksanakan fungsi deteksi yaitu meningkatkan kewaspadan bersama. Kalau ditemui ada orang yang gerak-geriknya mencurigakan segera laporkan ke petugas keamanan. Jadi masyarakat diharapkan partisipasinya untuk menjaga keamanan lingkungan. (WASPADALAH…….)
»»»»  monggo DIPIRSANI.....